ELECTRIC [ CHAP 7 ]

ELECTRIC

 

Author: Shin Heesa

Cast:

  • EXO
  • Kim Heesa

 

Disclaim: Aku menulis cerita ini murni dari imajinasiku yang selalu saja terlihat berlebihan dan sulit berhenti mencetak ide baru. Tidak ada salahnya juga menyampaikan karya yang tidak terlalu dilirik ini pada kalian, hei para pembacaku.

Ps:

  • Don’t be silent reader
  • Don’t copy – paste my imaginations!!
(Author POV)
Di tengah percakapan yang terasa canggung itu, Heesa menggumamkan rentetan kata-kata yang tidak jelas. Tetapi pada saat beberapa detik kemudian, Heesa mengucapkan dua kata itu cukup jelas untuk didengar oleh Kai dan Luhan. Dan kedua namja itu tersentak ketika mendengarnya.

“Kai.. saranghae..”

Kai membelalakkan matanya. Ia menatap Heesa yang kini tengah tersenyum dengan kedua matanya yang terpejam. Dan entah mengapa, ketika Heesa mengucapkan dua kata itu, jantung Kai tidak bisa berdetak normal lagi.

Luhan hanya terdiam. Ia berusaha mengatur emosinya yang mulai meningkat. Tenang Luhan, Heesa sedang mabuk. Tidak mungkin yeoja itu mengucapkan yang sebenarnya.

Kai berdehem kecil untuk mencairkan suasana. “Okay, Luhan hyung, aku akan mengurusnya.”

“Ah ya, tentu. Maafkan aku, Kai, membawanya pulang dalam keadaan seperti ini.”

“Gwenchana..”

Luhan menatap sekilas pada Heesa. Pipinya memerah karena mabuk, dan matanya terlihat sayu dan berat. Luhan menarik nafas sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah itu.

 

Kai berusaha menyeret tubuh Heesa ke dalam rumah. Ia menidurkan Heesa di atas sofa setelah berjuang melewati ruang utama.

“Yaah.. Heesa.. mengapa kau bisa mabuk, hah? Pabo,” oceh Kai sambil berlutut di samping Heesa, lalu duduk sambil menyilangkan kakinya nyaman.

Kai merapikan rambut Heesa yang terjatuh di depan wajahnya. Matanya menangkap tatapan Heesa yang sayu ke arahnya dengan senyum yang belum juga hilang. Mengapa yeoja ini menatapnya seperti ini? Kai menjadi sedikit salah tingkah.

“Heesa? Hey.. apa kau sadar?” tanya Kai sambil menatap wajah Heesa dengan seksama. Heesa hanya bergelayut kecil lalu kembali tersenyum padanya.

“Kai..” panggil Heesa dengan suara seraknya. Kai mengangkat halisnya. “Apa ini benar kau?” tanya Heesa dengan tatapan sayunya. Kai meneguk ludahnya terpaksa, ia benar-benar gugup. “Jika iya, aku ingin mengatakan sesuatu.”

Kai terdiam ketika Heesa menyelusuri wajahnya dengan ujung telunjuknya perlahan. Mata Heesa tetap menatapnya sayu, namun kini dalam artian yang berbeda. Seperti.. sebuah pengungkapan. Entah itu apa.

“Kai.. apa kau tahu?” tanya Heesa dengan kedipan lambatnya. Kai menggelengkan kepalanya singkat. “Dari dulu.. sangat dahulu kala.. aku sudah menyukaimu..”

Kai meneguk paksa ludahnya.

“Dan,” lanjut Heesa dengan senyum yang belum juga hilang. “Aku memendamnya. Aku takut jika aku mengucapkannya, persahabatan kita akan hancur. Aku tidak mau itu terjadi. Lebih baik seperti ini, kau mempunyai kekasih yang bisa membahagiakanmu, meskipun terasa menyakitkan bagiku..” jelas Heesa panjang lebar. Kini terlihat sorot matanya yang memang menggambarkan semua yang ia jelaskan. Memendam perasaan, persahabatan, rasa sayang, dan juga rasa sakit.

“Tetapi.. gwencahana,” lanjut Heesa lagi. “Aku akan selalu berada di sampingmu apapun yang terjadi. Kai, aku menyayangimu. Sebagai sahabat dan juga bukan sebagai sahabat..”

Kai mengehembuskan nafasnya perlahan. Ternyata memang benar, orang mabuk bisa menceritakan secara jujur apa yang sebenarnya ia pendam selama ini. Dan kini terjadi pada Heesa. Kai akhirnya mengetahui isi hati Heesa, yang ternyata sangat tulus menyayanginya. Dan Kai sangat merasa bersalah karena telah membuat hati Heesa tersakiti olehnya sendiri. Ya, Kai sangat sangat menyesali itu.

“Heesa, mianhae,” ucap Kai dengan desahan pasrah. Heesa membulatkan matanya yang kecil. “Maafkan aku karena menyakitimu. Padahal sedari awal seharusnya kau mengatakannya padaku sehingga aku tidak akan menyakitimu,” sesal Kai sambil menatap mata Heesa dalam. “Aku tahu kau mabuk, tetapi kau harus mengerti apa yang kukatakan. Hm?”

Heesa terdiam sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. Kai tertawa kecil lalu mengacak rambut Heesa sayang.

“Dan, Heesa.. apa kau tahu? Kau membuat pikiranku berputar sekarang. Aku menjadi bingung, dan aku tidak tahu harus melakukan apa..” ujar Kai dengan pikiran yang menerawang. Heesa menatap Kai dengan mata sayunya. “Kau.. aku.. ah! Tidak. Mengapa kau mengatakan bahwa kau menyayangiku bukan sebagai sahabat juga? Seharusnya kau tidak mengatakannya.. kau tahu? Aku juga masih menyayangi Sera. Dan aku menyayangimu, Heesa.. juga bukan sebagai sahabat. Tetapi, seharusnya kita tidak pernah menyadari hal ini, karena nantinya akan terasa sulit bagi kita untuk melewatinya,” sesal Kai panjang lebar. Sedangkan kedipan Heesa mulai melambat, karena ia mulai mengantuk.

Kai menatap Heesa lalu mengelus pipinya lembut. “Tidurlah.”

Heesa menganggukkan kepalanya lalu tersenyum pada Kai. “Saranghae.. saranghanda..”

Setelah itu, mata Heesa benar-benar tertutup dan terlelap dalam tidurnya. Kai menarik nafas, lalu membenarkan rambut Heesa yang terjatuh.

“Nado, saranghae..”

***

Heesa mengerang beberapa saat, kemudian ia mengucek matanya perlahan. Ia membuka matanya dan mendapati ia tengah tertidur di atas sofa.

Dengan Kai yang tertidur di sampingnya.

Heesa segera menegakkan badannya, kemudian ia melihat Kai yang kini masih tertidur pulas dengan kedua lengan yang dilipat untuk menjadi pengganjal agar tidak jatuh. Raut mukanya terlihat sangat tenang, sehingga Heesa ragu untuk membangunkannya.

“Ah.. mengapa kepalaku terasa sakit?” rutuk Heesa tidak lama setelah itu. ia memegang kepalanya dan berusaha melawan rasa sakit itu. Ada apa ini? Mengapa kepalanya terasa sakit? Apa ia memakan sesuatu yang salah malam tadi?

Kai terbangun. Ia mengerang kecil lalu mengedipkan matanya lambat. Ia menegakkan tubuhnya lalu menatap Heesa yang tengah memejamkan matanya erat dengan tangan yang memegang kepalanya, seperti menahan sesuatu.

“Heesa?” tanya Kai khawatir. Kini ia duduk di samping Heesa lalu menatap Heesa cemas. Dengan keadaan yang masih setengah sadar, Kai menurunkan tangan Heesa dari kepalanya dan menarik yeoja itu ke dalam pelukannya.

“Kai.. mengapa kepalaku sakit?” tanya Heesa masih berusaha menahan denyutan di kepalanya. Kai menarik nafas lalu mengelus puncak kepala Heesa perlahan.

“Mungkin kau salah posisi tidur sehingga kepalamu bisa sakit seperti ini,” jawab Kai asal, kemudian namja itu tersenyum penuh arti ketika mengingat kejadian semalam.

“Mungkinkah?” tanya Heesa meyakinkan.

“Hm,” sahut Kai dengan anggukkan mantapnya. “Kalau begitu kau tidur saja, kau tidak perlu pergi ke kampus hari ini, ara? Aku akan menjagamu dan memastikanmu untuk beristirahat seharian,” ujar Kai panjang lebar, dan Heesa tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti saran Kai. Entah mengapa hari ini kepalanya tidak ingin di ajak untuk mencerna beberapa notes baru yang akan dipelajari.

Kai melepas pelukannya lalu menidurkan Heesa dengan perlahan. “Aku akan membuatkan sarapan untukmu.”

Kai berjalan dengan langkahnya yang diseret menuju dapur, sedangkan Heesa masih sibuk dengan kepalanya yang sedang dalam keadaan tidak baik. Hh.. mengapa ini bisa terjadi? Dan itu berarti, ia tidak bisa bertemu dengan Luhan? Padahal Heesa sangat merindukan Luhan. Entah mengapa ia sangat merindukannya.

Heesa mengambil ponsel dari dalam sakunya lalu menekan tombol dial. Tersambung.

“Yoboseyo? Heesa?”

Heesa tersenyum lemah sebelum menjawab. “Luhaaan! Huaaah~ aku menyesal tidak bisa pergi ke kampus hari ini..”

Luhan tertegun. “Memang ada apa?”

“Sepertinya terjadi sedikit gangguan di dalam kepalaku. Mereka seperti menghancurkan seluruh urat sarafku, kau tahu,” jawab Heesa cukup singkat. Luhan menggigit bibir bawahnya, ternyata minuman yang Sera berikan benar-benar berdampak buruk.

“Arasso. Aku akan memberitahukan pada Baek Sonsaengnim,” balas Luhan terdengar dingin, sehingga Heesa menarik nafas panjang khawatir.

“Apa.. tidak apa-apa?” tanya Heesa khawatir, entah apa yang ia khawatirkan.

“Huh? Tidak apa-apa? Tentu saja. Beristirahatlah, hm? Dan mungkin sepulang jadwal aku akan segera pergi ke rumahmu.”

Beberapa detik kemudian Heesa tersenyum mendengarnya. “Baiklah, aku tunggu.”

“Hm, sampai nanti, Heesa.”

“Ya.”

Telepon ditutup. Heesa mengunci layar ponselnya lalu menyimpannya di sembarang tempat. Seperti tidak peduli pada hal lain lagi, Heesa kembali memejamkan matanya untuk mengistirahatkan kepalanya.

“Here, your breakfast..”

Heesa membuka matanya dan telah mendapati Kai tengah duduk di sampingnya. Dengan sedikit paksaan Heesa menegakkan tubuhnya lalu mengambil nampan yang diberikan Kai. Sereal coklat. Selalu saja Kai membuatkan sarapn seperti ini. Apa namja ini tidak bisa membuat hal yang lain?

“Jangan memprotes, Heesa. Raut mukamu terlihat menyebalkan bagiku,” ucap Kai terang-terangan. Heesa terkikik geli mendengarnya.

“Tidak! Tentu saja aku menghargainya, Kai. Gomawo,” sanggah Heesa dengan senyum geli yang tersisa di bibirnya, lalu ia mulai memasukkan sereal itu ke dalam mulutnya suap demi suap.

Kai menatap Heesa dalam, lalu tersenyum tulus. Ia mengambil beberapa helai rambut Heesa lalu menghirup aromanya yang memang selalu terasa manis dan menyenangkan.

Dan Heesa? Tentu saja ia merasa gugup diperlakukan seperti itu oleh Kai, apalagi dengan cara namja itu menatapnya. Terasa sedikit risih.

“Kai, apa kau tidak pergi ke kampus? Aku sangat tahu jadwal kuliahmu dan hari ini ada dua jam pelajaran yang harus kau lewati,” ujar Heesa tanpa berani melihat Kai. Kai hanya mendengus ringan lalu mengelus kepala Heesa lembut.

“Aku tahu,” jawab Kai singkat dengan tatapan yang tidak berubah sedikit pun.

“Kalau begitu pergilah. Aku akan menunggumu di rumah,” ucap Heesa sambil mengangkat kedua halisnya dan tersenyum pada Kai. Kai pun tertawa kecil lalu mencubit pipi Heesa gemas.

“Arasso. Kalau begitu, aku mandi dulu,” putus Kai sambil bangkit dari duduknya.

“Tentu saja, kau harus membersihkan badanmu. Jika tidak Sera… hmpppht!”

Kai membungkam mulut Heesa dengan tangannya lalu menatap ke arah mata yeoja itu dengan seksama. “Jangan mengucapkan apapun tentangnya. Jangan kau pikirkan dia jika kau sedang bersamaku, kau mengerti?” ucap Kai meminta persetujuan. Heesa tertegun sejenak, lalu menganggukkan kepalanya. “Bagus,” ucap Kai sambil tersenyum lalu mengelus kepala Heesa sekali lagi sebelum benar-benar pergi darinya.

Heesa mengerutkan halisnya heran, namun akhirnya ia melanjutkan sarapannya dengan sereal coklatnya.

*

Beberapa menit kemudian Kai muncul di hadapannya dengan penampilan yang selalu Heesa sukai. Simple dan santai.

“Aku pergi dulu,” ucap Kai sambil membungkukkan badannya. Heesa tersenyum lalu menengadahkan kepalanya.

“Tentu. Hati-hati…”

Cup~

Kai mencium kening Heesa singkat, dan setelah itu mengelus pipi Heesa singkat lalu berlari ke arah pintu yang dibukanya dan keluar dengan cepat. Heesa tertegun..

Mengapa rasanya ada yang berbeda dengan perlakuan Kai padanya? Serasa menjadi seperti…

Ah, sudahlah.

***

Luhan mengetukkan balpoinnya beberapa kali ke meja. Matanya menyiratkan keresahan, dan ia menggigit bibir bawahnya sesekali.

“Fffuuuh.. Heesa.. Heesa..” gumam Luhan tidak bisa berkonsentrasi pada Baek Sonsaengnim yang sedang menerangkan beberapa not yang harus mereka perhatikan pada saat membuat lagu. Namun Luhan tidak bisa menangkap satupun apa yang Baek Sonsaengnim katakan.

Lima belas menit lagi. Dan setelah ini Luhan akan mengendarai motornya dengan cepat ke rumah Heesa.

*

Chaeri mencai keberadaan Heesa di sekitar kampus, tetapi ia tidak menemukan ciri-ciri sosoknya. Kemana dia? chaeri hampir frustasi mencarinya.

Dan ketika di taman ia menemukan Baekhyun tengah duduk di atas kursi taman dan membaca buku matematika, kesukaannya.

Chaeri berlari mendekatinya. “Baekhyun!”

Baekhyun melepaskan kacamatanya lalu melihat Han Chaeri tengah berlari ke arahnya. Baekhyun mendengus kasar.

Chaeri pun duduk di samping Baekhyun. “Annyeong,” sapa Chaeri dengan nada sok cantiknya. Baekhyun menatapnya sekilas lalu tersenyum kecut.

“Ada apa kau mencariku? Pekerjaan yang lain? Lagipula seharian ini aku tidak menemukan Heesa dimanapun,” ujar Baekhyun menyimpulkan sendiri.

“Ya, aku juga tidak menemukannya. Lalu kemana dia? Mengapa dia tidak ada di kampus hari ini?” tanya Chaeri lebih pada dirinya sendiri.

Namun Baekhyun tetap menjawab, “Entahlah. Aku merindukannya,” ucap Baekhyun yang berhasil membuat Chaeri kesal.

“Ya, aku juga ‘merindukannya’,” balas Chaeri dengan nada yang sedikit ditekan ketika ia mengucapkan ‘merindukannya’. Baekhyun menatap sinis pada Chaeri.

“Kau tahu, Chaeri?”

“Hm?”

“Aku.. sebenarnya apa yang terjadi? Jika waktu itu kita tidur bersama, lalu mengapa kau tidak mengandung anakku, hah? Setahuku kita hanya mabuk lalu ketika paginya kita sudah berada di atas ranjang bersama dengan pakaian yang UTUH. Apa kau tidak merasa aneh atau.. malu terhadapku? Kau mengancamku dengan alasan tidur bersama? Lalu apa? Seharusnya..”

Chaeri gelagapan mendengar ucapan Baekhyun tentang ‘tidur bersamanya’. Sebenarnya Chaeri juga tahu apa yang sudah terjadi, ia sama sekali benar-benar tidak ‘tidur’ bersama namja ini. Namun ia hanya ingin memanfaatkan apa yang sduah terjadi.

“Shut, Byun Baekhyun,” ucap Chaeri menghentikan perkataan Baekhyun. “Lupakan tentang kita yang tidur bersama. Kau juga tahu, itu hanya ‘tidur’ bersama.”

Baekhyun mendengus kasar lalu bangkit dari duduknya. “Seharusnya sejak awal aku tidak mengenalmu, mungkin lebih tepatnya tidak ada niat untuk mengenalmu.”

Setelah mengatakan itu, Baekhyun pergi menjauh dari Chaeri. Chaeri segera bangkit dari tempat duduknya.

“Ya! Byun Baekhyun!” panggil Chaeri dengan suara cemprengnya. Baekhyun berbalik dengan berat hati. “Maafkan aku, aku telah memanfaatkanmu. Tapi.. kau jangan marah padaku, hm? Ya?” pinta Chaeri dengan ekspresi menyesal. Cukup lama Baekhyun menatap Chaeri, dan setelah itu ia berbalik dan mulai berjalan kembali. “Waaa.. ya! Baekhyun! Dengarkan aku dulu! Bagaimana dengan rencana kita..”

“Kita?” tiba-tiba Baekhyun berbalik lalu memasang muka sinis pada Chaeri, dan membuat yeoja itu sedikit takut. Baekhyun tidak tahu harus berkata apa lagi, yang akhirnya ia pergi meninggalkan Chaeri. Benar-benar meninggalkannya.

Dan Chaeri tahu, hanya dengan satu kata yang Baekhyun lontarkan tadi, itu artinya rencananya ‘dengan’ Baekhyun untuk menjauhkan Luhan dan Heesa benar-benar gagal.

*

Hampir seluruh murid sudah keluar dari kampus. Kai segera berjalan keluar kampus setelah jadwalnya selesai, ia ingin sekali bertemu dengan Heesa, layaknya sudah tidak bertemu beberapa tahun sebelumnya.

Namun tidak sampai di pintu keluar, Sera muncul di depannya dengan senyum manisnya.

“Kai!”

Sera segera menghambur ke pelukan Kai yang sama sekali tidak mendapat respons yang seharusnya Kai lakukan, yaitu balas memeluknya. Kai terlalu terkejut.

“Sera? Kau membuatku terkejut.”

“Surprise!” ucap Sera sambil tertawa. Kai tersenyum lalu mengelus kepala yeoja itu hangat.

“Kau belum pulang?” tanya Kai sambil menangkup pipi Sera dengan kedua telapak tangannya. Sera menggeleng.

“Aku menunggumu, Kai,” jawab Sera dengan ekspresi yang menggemaskan. Kai tertawa kecil lalu mencubit pipi Sera gemas.

“Ada apa kau menungguku?” tanya Kai kembali. sera mengerutkan keningnya.

“Memangnya tidak boleh? Kita kan sepasang kekasih, Kai. Sudah seharusnya kita selalu bersama,” jawab Sera sensitif. Kai membulatkan matanya lalu tertawa.

“Tentu saja, Sera. Jangan sesekali kau berpikiran macam-macam, arasso?” Sera mengangguk sambil tersenyum.

“Kalau begitu, ayo kita pergi bersama.”

“Kemana?”

“Kemanapun. Aku yang memutuskan.”

Dengan lembut Sera menggenggam tangan Kai yang lebih besar darinya lalu menuntunnya keluar pintu kampus. Dan selama itu Kai menyempatkan menulis pesan untuk Heesa.

**

Luhan meletakkan helmnya di atas motornya lalu mulai melangkah masuk ke halaman rumah Heesa. Ada sedikit rasa takut jika ia menemukan Kai sedang berada di rumahnya sekarang, tetapi mau tidak mau Luhan harus melanjutkan langkahnya. Ia sudah berjanji pada  Heesa bahwa ia akan menjenguknya setelah jadwalnya selesai.

Luhan mengetuk pintu rumah itu, menunggu sang pemiliknya membukakan pintu itu untuknya. Dan tidak lama kemudian pintu itu terbuka. Luhan akhirnya bisa bernafas lega setelah menemukan bahwa Heesa yang membukakan pintu. Dan sesaat Luhan merasa heran ketika melihat keadaan Heesa, -rambutnya basah dengan handuk kecil yang terletak di atas rambut panjang coklat tuanya. Matanya memang menyiratkan bahwa ia tidak baik-baik saja, juga bibirnya yang lebih pucat dari biasanya..

“Luhan!” sapa Heesa riang. Luhan mengedipkan matanya sekali lalu tersenyum.

“Mengapa kau tidak beristirahat, Heesa?” tanya Luhan sambil melangkah masuk ke dalam rumah setelah dipersilahkan oleh Heesa. Heesa menutup pintunya lalu berjalan bersama Luhan secara beriringan.

“Aku menunggumu, Luhan. Jika aku tidur, aku tidak akan membukakan pintu untukmu dan kau tidak akan pernah masuk ke dalam rumahku hari ini,” jawab Heesa sambil tersenyum ke arah Luhan. Luhan membalasnya dengan senyuman juga.

“Kau benar,” ucap Luhan akhirnya.

Setelah sampai di ruang tengah, Luhan pun duduk di atas sofa dengan santai, sedangkan Heesa meneruskan langkahnya menuju dapur. Akhirnya Luhan bangkit dari duduknya dan mengikuti Heesa tepat di belakangnya.

Heesa mengambil satu gelas berukuran sedang lalu mengisinya dengan bubuk coklat. Setelah itu ia mencampurkannya dengan air panas dan dingin lalu mengaduknya dengan sendok kecil. Luhan mengintip semua yang dilakukan Heesa dari balik kepala Heesa.

Setelah selesai, Heesa berbalik lalu terkejut ketika ia menemukan Luhan sudah berada di belakangnya, tepat di belakangnya. Dan untungnya Heesa memegang gelas itu dengan kuat sehingga tidak terjatuh. Luhan tertawa melihat ekspresi Heesa.

“Gomawo,” ucap Luhan sambil mengambil gelas itu dari tangan Heesa tanpa merubah posisi berdirinya. Jaraknya dengan Heesa sangat dekat, hanya menyisakan satu senti di antara mereka, sehingga Heesa merasa sedikit gugup dan sulit bernafas.

Dengan sedikit membungkukkan badannya, Luhan meneguk coklat itu dengan pandangan yang menatap mata Heesa lurus. Heesa membalas tatapan itu dengan heran.

Luhan menyimpan gelas itu di atas meja dapur lalu meletakkan kedua tangannya di pinggiran meja, yang akhirnya kini Heesa terkunci, tidak bisa keluar dari perangkap yang dibuat Luhan itu.

“Luhan..”

“Diamlah, hm? Biarkan aku yang berbicara sekarang.”

“Arasso..”

**

Sera menyenderkan kepalanya dibahu Kai yang selalu terasa nyaman. kai juga ikut menyenderkan kepala di kepala Sera. Mereka kini tengah menikmati indahnya matahari sore di atas namsan tower. Ya, Sera sangat menyukai tempat itu.

“Kai?” panggil Sera dengan suara kecilnya. Kai menyahutnya dengan gumaman. “Kau menikmatinya?”

Kai menjawabnya dengan tawa kecilnya. “Tentu saja.”

Sera tersenyum lebar, hingga memperlihatkan deretan giginya yang rapi. “Baguslah.”

Mereka terdiam beberapa menit, yang kemudian Sera mulai mengangkat bicara kembali. “Kai, apa kau.. mencintaiku?”

Kai tertegun, lalu menarik nafas panjang. “Jika aku tidak mencintaimu, mungkin aku sudah meninggalkanmu sejak awal.”

“Berarti kau mencintaiku?” tanya Sera lagi, ingin meminta keyakinan Kai yang selama ini ia ragukan, entah mengapa.

“Tentu saja, Sera. Aku mencintaimu, bahkan mungkin aku akan melayangkan jiwaku jika itu adalah hal yang terbaik untuk melindungimu,” ujar Kai panjang lebar dan cukup melebih-lebihkan. Sera tertawa terbahak.

“Tapi aku tidak mau kau melayangkan jiwamu dan meninggalkanku sendiri,” balas Sera sambil bergelayut manja. Kai tersenyum lalu mengelus pipi Sera lembut.

Mereka kembali terdiam. Matahari kini semakin turun ke ufuk barat. Sera sangat menikmati momen indah ini, apalagi dengan Kai yang berada disisinya, Sera semakin merasa tenang dan damai.

Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di pikirannya. Sera menegakkan tubuhnya lalu menghadap pada Kai dengan perlahan. “Kai?”

“Ya?” sahut Kai sambil menaikkan kedua halisnya.

Sera menatap Kai lurus. “Kiss me.”

“Hm?”

“Kiss me, Kai..” ulang Sera dengan terpaksa karena ia tidak ingin mengulangnya. Tetapi ia terlanjur mengatakannya.

“Kiss..” gumam Kai.

Kini mata mereka saling menatap dalam.

**

“Aku tahu kau tidak sendirian disini.”

“Dimana?”

“Di rumahmu. Kau tinggal bersama seorang namja, benarkan?”

Heesa meneguk ludahnya tanpa sadar. Tatapan Luhan sangat menakutkan, seperti seorang polisi yang tengah menginterogasi salah seorang tawanan yang baru saja membunuh seseorang.

Heesa mengangguk perlahan. Luhan memejamkan matanya dua detik sambil menghembuskan nafasnya, yang kini hembusannya terasa oleh Heesa. Sungguh, jarak wajah mereka sangat dekat.

“Jangan bilang orang itu adalah, K..”

“Kau cemburu?” sanggah Heesa tiba-tiba, membuat Luhan terhenti dengan kata-katanya. Nafas Heesa kini terburu-buru karena gugup, -selain karena tatapan Luhan padanya, tetapi juga jaraknya yang sangat dekat dengan Luhan membuatnya sesak nafas.

“Menurutmu mengapa aku bertanya seperti ini?”

Heesa berpikir sejenak. “Mungkin cemburu..”

Luhan menyusupkan tangannya ke belakang leher Heesa lalu dengan kedua ibu jarinya ia mengangkat wajah Heesa agar menatap padanya.

“Lebih tepatnya khawatir, Heesa. Aku mengkhawatirkanmu..”

“Tidak terjadi apapun.”

“Ya, aku tahu tidak terjadi apapun denganmu. Tetapi dia namja, kau harus menyadari hal itu.”

“Ya, kau benar.. tapi aku percaya padanya.”

“Jangan mudah mempercayai orang begitu saja.”

“Aku mengenalnya, Luhan.”

Luhan menarik nafas panjang, berusaha sabar. “Kau harus menyadari bahwa dia itu adalah ‘namja’. Dan sekarang dia berada satu atap denganmu..”

“Aku tahu.”

“Jika kau mengetahuinya, kau seharusnya tidak berada satu atap dengannya..”

“Luhan, sudahlah!” ucap Heesa sedikit menyentak, kehilangan kendali. “Ah, maafkan aku. Maksudku, aku tidak bisa mengusirnya dari rumahku..”

“Mengapa, hm?” sela Luhan, emosinya menjadi naik. “Apa kau mencintainya?”

Tiba-tiba suasana menjadi sedikit tegang. Ada sepercik kemarahan di antara mereka. Namun jarak di antara mereka semakin dekat, ujung hidung mereka hanya menyisakkan beberapa inci lagi hingga bersentuhan..

**

Kai mengedipkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya terkikik geli. Sera mengerutkan keningnya tidak mengerti mengapa Kai tertawa seperti itu. Tidak menyenangkan.

“Hentikan, Kai. Itu tidak lucu,” ucap Sera ketus. Ia memalingkan wajahnya dari Kai ke arah langit sore dengan campuran warna yang meneduhkan, kemudian ia menutup kedua telinganya dengan tangannya, tidak ingin  mendengar tawa Kai yang membuatnya malu setengah mati itu.

“Hei, Sera..” panggil Kai setelah tawanya reda, namun Sera tetap menutup telinganya dan mengacuhkan Kai meskipun ia memang masih mampu mendengarnya. “Sera~” panggil Kai lagi, namun Sera tetap mengacuhkannya. Kai tersenyum jail lalu mendekatkan duduknya pada Sera, sangat dekat sehingga kini mereka merapat, tidak ada jarak.

Dengan perlahan Kai memegang tangan Sera dan menurunkan tangan itu dari telinganya, kemudian Kai menggenggam tangan Sera yang sedikit terasa dingin itu dengan lembut.

“Sera? Jangan marah. Maafkan aku..” rengek Kai dengan ekspresi aegyonya. Namun Sera tetap mengacuhkannya. “Sera?”

“Aku membencimu, Kai,” ucap Sera tiba-tiba. Kai terdiam lalu tertawa kecil.

“Jika kau membenciku, mengapa kau ingin menjadi kekasihku?” tanya Kai memancing Sera. Sera menghadapkan wajahnya pada Kai dengan tatapan seriusnya.

“Kurasa kau tidak perlu untuk mempertanyakan hal itu.”

Kai tersenyum geli melihat tingkah Sera. Lucu seklai jika sedang marah. Pipinya memerah dan sesekali ia mengulum bibirnya dan menjilatnya. Haha.

Kai menyusupkan tangan kanannya ke belakang leher Sera lalu mendekatkan jarak wajah di antara mereka.

“Kau ingin aku menciummu?”

Sera berusaha mengatur nafasnya yang memburu. “Terserah.”

“Terserah?” Kai tertawa kecil. “Bukannya tadi kau yang meminta?”

“Terserah!” ucap Sera sedikit menyentak dan menyita perhatian. Kai semakin tertawa geli lalu menempelkan ibu jarinya di atas bibir Sera agar ia tidak berteriak lagi seperti tadi.

“Hey, jangan berteriak seperti itu. Lihat, orang-orang memperhatikan kita,” ucap Kai sambil sesekali tertawa geli. Sera mengerucutkan bibirnya kesal. “Hah.. kesempatan kita berciuman semakin kecil karena kau berteriak seperti tadi.”

“..kecil?”

“Iya, mereka sekarang menyadari keberadaan kita.”

Sera tertegun sejenak. “Itu artinya kau malu menciumku di hadapan mereka?”

Kai mengerutkan keningnya. “Memangnya kau tidak?”

Sera melepaskan tangan Kai dari lehernya lalu beranjak beberapa senti dari jarak duduk mereka. “Pulanglah. Kau merusak moodku.”

Kai terdiam, ternyata cara marah Sera seperti ini. Menyeramkan sekali. “Sera.. maafkan aku..”

“Pulang. Perlu kukatakan sekali lagi?”

Kai hanya terdiam dan berpikir. Apa yang harus ia lakukan selanjutnya?

**

Heesa terdiam. Mengapa Luhan bertanya seperti itu? apakah ia mencintai Kai? Tentu saja, Heesa mengetahuinya. Heesa sangat mencintai Kai.. bukan sebagai sahabat. Tetapi.. aargh. Apa yang harus ia katakan? Apakah harus berbohong?

“Heesa.. jawab aku..”

“Mengapa kau bertanya seperti itu?”

“Karena aku ingin mengetahuinya.”

“Seharusnya kau tidak perlu menanyakan hal seperti itu padaku.”

Luhan tertawa miris. “Nah, lihat. Kau menghindariku. Itu artinya kau.. hah. Aku sudah tahu jawabannya.”

Luhan menarik tangannya dari belakang leher Heesa lalu berjalan menjauh beberapa senti darinya. Heesa mengerutkan keningnya khawatir. Luhan marah padanya? Benarkah? Heesa berharap.. tidak.

“Luhan..” panggil Heesa dengan suara yang hampir tidak terdengar. Tapi Luhan mendengarnya dan ia berbalik untuk menatap Heesa.

“Apa?” sahut Luhan dengan tatapan malasnya, membuat jantung Heesa berdetak lebih cepat.

Heesa menggigit bibirnya. Apa yang harus ia katakan? “Ma.. maafkan aku. Kau.. jangan marah..”

Luhan meringis kesal. “Bagaimana aku tidak marah, Heesa? Kau membuatku kesal dengan semua jawaban yang kauberikan. Ah, tidak. Juga dengan jawaban yang kauberikan dari tatapanmu padaku,” luhan menarik nafas sejenak. Ia tidak mau melanjutkan kata-katanya.

“Maafkan aku,” ucap Heesa lirih. “Maafkan aku sudah membuatmu marah. Maafkan aku, aku tidak bermaksud, Luhan. Tetapi.. aku.. tidak mengerti mengapa kau menanyakan hal itu padaku..”

Luhan berjalan mendekat pada Heesa dengan emosi yang terasa oleh Heesa di setiap langkahnya..

**

“Sera?” panggil Kai dengan sangat hati-hati. Sera hanya diam dan tetap memalingkan muka dari Kai. “Sera, kumohon..”

“Kai!” Sera menatap pada Kai dengan mata yang menyiratkan amarahnya. “Ah.. kau..”

Kai tersenyum maafkan-aku pada Sera. Sera hanya mendelik ke arahnya.

“Kau tahu? Aku benar-benar tidak bisa marah padamu,” ucap Sera dengan desahan kecil di akhir. Kai tersenyum manis lalu merapatkan jarak mereka kembali.

“Aku tahu,” jawab Kai sambil mengambil beberapa helai rambut Sera yang tergerai panjang. Sera mengerutkan keningnya tidak mengerti. “Karena kau sangat mencintaiku, bukan?”

Sera tercekat, namun ia mengiyakan pernyataan itu dalam hatinya. “Jangan percaya diri, Kai.”

“Memang itu kenyataannya. Aku bisa melihatnya dari matamu.”

Kini jantung Sera berdegup cepat. Dengan refleks ia menjaga jarak dari Kai beberapa senti lagi. “Sudahlah. Aku sedang kesal padamu. Pulanglah, kau membuat moodku semakin rusa..”

Kai menarik Sera ke dalam rengkuhannya, kemudian menciumnya tepat di bibirnya. Lembut dan penuh perasaan.

Semua perhatian tertuju pada mereka. Kai tidak peduli, Sera pun tidak peduli. Kini mereka hanya terfokus pada lawannya dan saling membalas satu sama lain.

Setelah puluhan detik berlalu, Kai melepas ciumannya untuk menarik nafas panjang. Ia melihat Sera yang tengah merunduk malu. Kai tersenyum lalu menengadahkan wajah Sera agar menatap padanya.

Ups.

Tiba-tiba Kai teringat pada Heesa. Entah mengapa ia tiba-tiba mengingat yeoja itu. Dan.. lebih parahnya, Kai merasa bersalah pada Heesa. Mungkin karena pengungkapan Heesa padanya semalam. Ya, mungkin karena itu.

“Ayo kita pulang.”

Kai menarik tangan Sera paksa kemudian menyeret langkahnya menuju lift untuk beranjak pulang ke rumah.

Kai ingin segera bertemu dengan Heesa.

**

Luhan menarik Heesa ke dalam rengkuhannya, membiarkan yeoja itu diam dalam pelukannya dan merasakan perasaannya padanya. Luhan membelai rambut coklat Heesa dengan penuh perasaan.

“Heesa, dengarkan aku,” bisik Luhan, Heesa mengangguk. “Kumohon, kau jangan mengira bahwa aku memaksamu. Aku hanya ingin kau mengerti bagaimana perasaanku padamu. Dan satu hal yang harus kau mengerti, aku tidak mengekangmu. Jika kau mencintai Kai, itu terserah padamu. Itu adalah hakmu, aku tidak bisa bercampur tangan. Kau mengerti, hm?” jelas Luhan panjang lebar.

Heesa terdiam, kemudian ia menangis. Heesa meneguk ludahnya paksa sebelum mengangguk. “Hm, aku mengerti.”

Luhan tersenyum. Ia melepaskan pelukannya untuk menatap Heesa dari jarak sedekat  itu. Tetapi, Luhan cukup terkejut ketika menemukan Heesa tengah menangis.

“Heesa? Mengapa kau menangis? Maafkan aku, aku tiidak bermaksud..”

“Tidak,” sela Heesa. Ia menyusut air matanya kemudian memberanikan diri untuk menatap mata Luhan. “Maafkan aku, aku membuatmu terpaksa untuk mengalah. Aku.. hanya tidak mengerti pada perasaanku sendiri. Dan aku membenci apa yang aku rasakan pada Kai. Aku membencinya, Luhan.. aku membencinya. Aku tersiksa.. sungguh..”

Luhan terdiam, ia sendiri juga tidak bisa memikirkan apapun sekarang.

“Luhan?” panggil Heesa, namun Luhan memalingkan mukanya ke arah lain. “Kumohon, jangan marah. Aku mengerti perasaanmu, namun aku.. apa yang harus aku lakukan?”

Luhan tidak membalas perkataan Heesa dan tetap melihat ke arah lain. Ia sendiri tidak bisa menahan perasaannya sendiri, ia terlalu takut pada apa yang harus ia terima ketika ia mengetahui bahwa Heesa juga mencintai Kai..

Dengan nalurinya sendiri, Heesa menangkup kedua pipi Luhan lalu sedikit memaksanya untuk menunduk. Dengan perlahan tapi pasti Heesa sedikit berjinjit lalu mencium pipi Luhan, lebih tepatnya ia mencium di dekat bibir Luhan, hampir bersentuhan.

Luhan tertegun. Ia menatap mata Heesa yang seperti menjelaskan segalanya. Ia menatapnya dengan seksama, dan ia bisa melihat semuanya.

Dengan tanpa berpikir dua kali, Luhan menarik pinggang Heesa untuk merapat dengan tubuhnya. Ia menyusupkan tangannya ke belakang leher Heesa lalu mengandalkan ibu jarinya agar memaksa wajah Heesa untuk menengadah.

Mata Luhan menjadi sayu ketika ia melihat ke arah bibir Heesa. Jantung Heesa berdegup dengan cepat. Dan jarak mereka semakin dekat..

“Haacchiiih..”

Heesa terdiam seketika setelah bersin kecilnya akhirnya keluar dari mulutnya. Bibirnya tersenyum lega dan lucu, membuat Luhan menatapnya dengan tatapan terkejut dan dengan-mudahnya-kau-bersin-dalam-jarak-sedekat-ini.

Sayup-sayup terdengar tawa Heesa yang tertahan. Luhan menatapnya tidak percaya, lalu ikut tertawa. dan beberapa detik kemudian tawa mereka meledak.

“Bagaimana?” tantang Heesa dengan tawa yang belum juga hilang. Luhan menatapnya dengan matanya yang menyipit karena tersenyum lebar.

“Apa?” tanya Luhan penasaran. Akhirnya Heesa berhenti dari tawanya lalu menatap Luhan menantang.

“Kau masih ingin menciumku?” goda Heesa sambil memaju-mundurkan telunjuknya. Luhan mendengus dan memalingkan muka, lalu kembali menatap Luhan dengan tawa jailnya.

“Oh, jadi begitu. Bagus sekali senjatamu,” sindir Luhan sambil mendekatkan jarak wajah mereka kembali. “Dan sepertinya senjatamu tidak bisa membuatku menyerah dalam erang ini, Heesa. Aku akan.. tetap..”

“Wooo, Luhaan..”

“Mwo? Hm?”

Akhirnya Luhan menciumnya tepat di bibirnya meskipun Heesa sempat menghindar. Kedua mata mereka terpejam, menikmati apa yang terjadi disetiap detiknya. Mereka saling membalas satu sama lain dengan penuh perasaan, dan tawa yang belum juga benar-benar hilang.

Tanpa sadar Luhan membawa tubuh Heesa ke atas meja makan. Luhan melingkarkan tangan Heesa di lehernya kemudian Luhan melingkarkan tangannya dipinggang Heesa, dengan ciuman yang tidak mereka lepaskan. Detik kemudian Luhan menggigit bibir bawah Heesa dan membuat yeoja itu memekik kecil.

“Ya! Just kiss please!”

Luhan tertawa lalu kembali mencium Heesa dengan sisa tawanya.

Lama kemudian, nafas mereka terdengar memburu, degupan jantung mereka terdengar sayup-sayup. Keduanya saling menutup mata, saling merasakan apa yang mereka luapkan satu sama lain.. dan atmosfer disekitar mereka terasa nyaman.

**

Kai mengetuk pintu rumah Heesa dengan tidak sabar. Heesa yang mendengarnya dari dapur segera berlari ke pintu utama dan membukanya.

Ketika pintu terbuka, Kai segera melesak masuk, mendorong Heesa ke dalam rumah dengan tangan yang lain menutup dan mengunci pintu dengan rapat.

“Kai?” ucap Heesa kebingungan karena tingkah Kai yang tiba-tiba itu.

Namun Kai mengacuhkannya dan kini namja itu memeluk Heesa dengan sepenuh hatinya, lalu berbisik.. “Mianhae..”

Heesa cukup terkejut. Nada suara Kai.. entah mengapa Heesa merasa bahwa Kai seolah telah melakukan kesalahan besar sehingga Kai memeluknya dan meminta maaf seperti ini. Tapi apa? Heesa tidak bisa mendapatkan jawabannya.

“Minta maaf untuk apa, Kai?” tanya Heesa lalu balas memeluk Kai, karena yeoja ini memang sudah terbiasa dipeluk oleh Kai sejak kecil. Namun pelukan kali ini terasa berbeda.

“Ani.. aku tidak akan memberitahumu apa alasannya,” jawab Kai hampir menyerupai bisikan. Pelukan mereka tidak diam, langkah mereka beriringan mengayunkan badan mereka dengan perlahan. Pelukan yang nyaman.

“Wae?” tanya Heesa sambil tersenyum kecil. Kai seperti bisa merasakan senyum yeoja itu sehingga ia tersenyum juga.

“Hanya tidak. Aku tidak akan memberitahumu,” jawab Kai bersikeras. Heesa tertawa kecil lalu menepuk punggung namja itu.

“Arasso. Lalu sampai kapan kau akan memelukku seperti ini, hm?” tanya Heesa dengan tawa kecil di akhir. Kai ikut tertawa lalu membelai rambut yeoja itu.

“Sampai aku mati, Heesa.”

Heesa terdiam dan merasa sedikit merinding. “Wooo.. apa yang kaukatakan, hm? Kau seperti orang yang akan mati dalam beberapa detik lagi, Kai.”

“Memang,” jawab Kai singkat, namun membuat Heesa tertegun. Hah, tidak lucu.

“Jangan bercanda, Kai..”

“Aku memang serasa akan mati jika aku tidak merasakan pelukanmu seperti ini lagi, Heesa,” sanggah Kai, dan membuat yeoja itu memukul punggung Kai pelan sebagai respons dari perkataannya.

“Mworago? Kau masih bisa memeluk Sera..”

“Heesa,” sela Kai cepat, dengan nada sedikit menyentak, dan hal itu membuat Heesa terkejut. “Jangan mengucapkan nama itu jika kita sedang berdua. Kau mengerti? Jangan kau tanyakan apa alasannya, yang penting.. kita lupakan segalanya. Hanya ada kau dan aku. Hm? Arasso?”

Heesa menghembuskan nafasnya lalu memeluk namja itu semakin erat dengan senyum yang perlahan mengembang di wajahnya. “Arasso, aku mengerti. Tetapi kau tidak boleh melupakannya, Kai..”

“Aku hanya ingin mengingatmu jika sedang bersamamu.”

Heesa tertawa kecil. “Pabo! Haha.. baiklah. Terserah padamu.”

Kai tersenyum lalu melepaskan pelukannya untuk melihat mata Heesa. “Sepertinya kau baik-baik saja sekarang.”

Heesa tersenyum manis. “Tentu saja. Aku merasa lebih baik sekarang,” jawab Heesa, lalu melanjutkan. “Dan sesekali aku tidak akan..” Heesa menghentikan kata-katanya ketika mengingat kejadian itu, dimana ia tidak sadarkan diri ketika Sera memberikannya minuman yang aneh. Ia tidak mungkin menceritakannya pada Kai. Ya, ia tidak boleh menceritakannya.

“Tidak akan apa?”

Heesa menatap Kai lalu menggeleng. “Tidak. Tidak ada.”

Kai menggigit bibir bawahnya gemas, lalu mencubit ujung hidung Heesa. “Kau membuatku penasaran, Heesa.”

Heesa tertawa kecil lalu meleletkan lidahnya. “Rasakan. Kau juga membuatku penasaran barusan.”

Kai balas meleletkan lidahnya. “Kalau begitu kita impas.”

Heesa tersenyum lucu. “Baiklah, kita impas.”

*

Heesa menggigit bibir bawahnya, menjilatnya, lalu mengusapnya dengan kelingkingnya. Matanya menerawang, dan sesekali ia tersenyum ketika membayangkannya. Heesa melakukannya berkali-kali, dan ia tidak fokus pada siaran tv yang tengah ditayangkan.

Dan yeoja itu tidak sadar bahwa sedari tadi Kai memperhatikannya. Kai mengerutkan keningnya karena ia tidak mengerti mengapa Heesa menggigit, menjilat, dan mengusap bibirnya seperti itu. Apalagi ketika ia tersenyum.. apakah ketika ia pergi bersama Sera terjadi sesuatu dengan Heesa?

Oh, Kai mendapatkan petunjuk kecil.

“Heesa?” panggil Kai. Beberapa detik kemudian Heesa menghadapkan wajahnya pada Kai setelah memproses panggilan itu dalam otaknya.

“Ya, Kai?”

Kai memaju-mundurkan telunjuknya agar Heesa mendekat padanya. Akhirnya Heesa menggeserkan duduknya agar mendekat pada Kai. Setelah menyisakan jarak dua senti, Kai menggeserkan duduknya lebih dekat sehingga kini mereka merapat.

Kai mencapit dagu Heesa dengan telunjuk dan ibu jarinya dan mengarahkan wajahnya agar menghadap tepat padanya. Dengan refleks Kai melihat bibir Heesa dengan seksama. Ia hanya ingin mengetahui apakah terjadi perbedaan atau tidak.

“Apakah selama aku pergi, ada yang mengunjungimu kemari?” tanya Kai tanpa mengalihkan pandangannya dari bibir Heesa.

Jantung Heesa memang sedang berdegup sangat cepat, namun akhirnya ia menjawab dengan pikiran yang tidak tenang. “Ya..”

“Siapa dia?” tanya Kai lagi. Kali ini ia mengusap bibir Heesa dengan ibu jarinya dengan perlahan. Jantung Heesa semakin tidak bisa dikontrol..

“Lu..han..” jawab Heesa tanpa sadar. Pikirannya kosong dan sama sekali tidak bisa bekerja sama dengannya karena jaraknya dengan Kai sangat dekat.

Kini Kai menatap mata Heesa dengan seksama, seakan ia menembus seluruh pikiran yeoja itu. “Luhan?”

“Y..ya..”

Kai tersenyum sinis. “Oh. Aku tahu apa yang terjadi selanjutnya.”

Heesa mengerutkan keningnya. “Hm?”

“Luhan menciummu. Benarkan?”

Heesa tertegun. Bagaimana Kai bisa mengetahuinya? Apakah terlihat.. atau Kai memang bisa membaca pikirannya?

“Memangnya mengapa jika benar?” tanya Heesa sambil memundurkan wajahnya dari Kai, namun tidak bisa karena Kai menahan dagunya dengan kuat.

“Kau menerimanya?” tanya Kai, mengacuhkan pertanyaan Heesa. Heesa mengangguk. “Mengapa? Karena kau mencintainya?”

Heesa menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya sekaligus. Mengapa hari ini ada dua namja yang menanyakan bagaimana perasaannya pada namja yang ia cintai? Mengapa mereka menyisakan jarak sedekat ini ketika mereka mempertanyakan hal itu? Mengapa mengapa mengapa..

“Ya,” jawab Heesa singkat setelah ia berpikir cukup lama. Ya, sebaiknya ia mengatakan yang sebenarnya.. meskipun tidak seluruhnya benar. Jujur, hatinya masih tidak bisa berpaling pada namja yang kini sedang menginterogasinya. Aura namja ini yang bisa menguncinya dari siapapun. Licik.

Kai mendengus. “Mengapa kau memberinya?”

“Memangnya kenapa? Apakah aku melakukan hal yang salah? Bukannya kau juga melakukannya dengan Sera..”

“Jangan membawa nama itu.”

“Dan jangan membawa nama Luhan..”

“Kau tidak perlu membuat peraturan baru.”

Heesa menarik nafas panjang. Kesal. “Sejak kapan diantara kita ada peraturan, hm?”

Kai tertawa sinis. “Sejak aku tidak memperbolehkan kau mengucapkan nama itu. Dan memang hanya ada satu peraturan.”

Heesa tersenyum sama sinisnya, lalu melepaskan tangan Kai dari dagunya. “Jangan egois, Kai. Sudahlah.. aku ngantuk. Aku ingin beristirahat..”

Ketika Heesa ingin beranjak dari duduknya, Kai menariknya kuat sehingga yeoja itu terduduk di atas pahanya. Heesa berusaha berdiri kembali, namun Kai mencegahnya dengan meligkarkan tangannya dileher dan pinggang Heesa. Yeoja itu kini terkunci.

Kai melihat mata Heesa dalam. Dan perlahan Kai mendekatkan jarak wajah Heesa dengannya, sehingga hanya beberapa inchi lagi..

Bibir mereka bertemu. Kai melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ia menekan kepala Heesa sehingga yeoja itu, mau tidak mau harus menerimanya, dan memang Heesa menginginkannya sejak lama. Tetapi tidak sekarang, waktunya tidak tepat..

Heesa melepaskannya dengan paksa, ia menatap Kai marah. “Apa yang kau lakukan, Kai?”

Kai mengedipkan matanya malas. “Mengapa kau marah, hm?”

Heesa mendesis kesal. Kemudian yeoja itu melepaskan diri dari rangkulan Kai dan berdiri dengan cepat. “Kau.. jangan seenaknya, Kai! Aku tidak menyukaimu, kau tahu? Aku membencimu! Kau tidak bisa seenaknya menciumku seperti ini! Kita sahabat, Kai! Selamanya! Aku harus sadar bahwa kau sudah menjadi kekasih Sera!” Heesa menarik nafas panjang, lalu melangkah cepat menuju tangga untuk pergi ke kamarnya. Tetapi Kai cepat mengambil tindakan. Ia segera mengejar Heesa dan menarik tangan yeoja itu dan mendorongnya ke tembok, menguncinya dengan kedua lengan yang ia sandarkan di antara pundak Heesa.

Kai menciumnya kembali. Heesa memberontak, namun Kai tetap bersikeras. Akhirnya setelah beberapa perlawanan, Heesa menyerah dan membiarkan namja itu puas melakukannya. Dalam hatinya, Heesa bertanya.. mengapa Kai melakukannya? Mengapa namja ini mempermainkan hatinya seperti ini? Apakah namja ini tahu bahwa hatinya selalu tersakiti karenanya? Heesa rasa iya, tetapi Kai tidak mau tahu.

Kai melepas ciumannya. Ia menatap mata Heesa, lalu menempelkan ujung hidungnya dengan ujung hidung Heesa. Nafas mereka berbaur satu sama lain.

“Heesa.. maafkan aku,” bisik Kai dengan nafas yang terengah. Heesa menatap mata Kai yang kini terpejam. “Maafkan aku karena telah menyakitimu, maafkan aku karena egois, maafkan aku karena tidak bisa melindungimu, dan.. maafkan aku karena telah menjadi sahabatmu..” Heesa mengerutkan keningnya, ia mendengarkan baik-baik apa yang setiap Kai katakan.

Kai menangkupkan kedua telapak tangannya dipipi Heesa dengan lembut, lalu menatap yeoja itu dengan sungguh-sungguh.

“Aku mencintaimu, Heesa..”

 

…………………………………………………………………………………………………………………………………..

huaaah..

akhirnya pablis juga kawan-kawan..

dan kalian tahu? sekarang saya sedang menempuh ujian akhir..

HUAAAAA

kayaknya bakalan mendet dikit mau ngelanjutin cerita juga. maafkan aku yaaaa … :(

tapi pokoknya bakalan ngeluarin chapter selanjutnya secepat mungkin, okeh? :D

dan maaf kalo chapter ini kurang ngena, ga terlalu konsen habisnya, hehe..

makasih yaaa :D

komen ^^

…………………………………………………………………………………………………………………………………….

49 thoughts on “ELECTRIC [ CHAP 7 ]

  1. Heesa!!!aaaarrrrk abcdefg kamu kamu 2x dicium sama luhan dan kai omg envy with you-_- kenapa jadi heesa asik sih

  2. LUHAN SAMA HEESA CIUMANSDTZ AWAWAWAWAW itu poin terpentingnya wkakakakaka sumpah eta si chaeri ceming pisan lah pas ku si Bacon disinggung soal bobo bareng hahahaha umm saya rindu bacoooon, gak ada scene heesa-bacon ya? mereka unyuuuuuuh :3 si sera……nenek lampir berwajah boneka…… argh teuing ah teuing eta si sera jadi awewe ogoan pisan! eh eh eh si D.O kamana? teu muncul? KAI BERUBAH SIKAP KA HEESA? tah tah tah jaba pas si kkamjong ngomong “Aku mencintaimu, Heesa” aku jadi ngefly gituuuu euyss lol ETA DICIUM KU SI KAI MENI GANAS KITU MENSDTXZ!!! tapi saya luhan-heesa shiper syududududu next chap asap yaaaaa, abi oge sami ketang nuju UKK TT__________TT FIGHTINGSSSSSSSSDXZT!!!!

  3. LUHAN SAMA HEESA CIUMANSDTZ AWAWAWAWAW itu poin terpentingnya wkakakakaka sumpah eta si chaeri ceming pisan lah pas ku si Bacon disinggung soal bobo bareng hahahaha umm saya rindu bacoooon, gak ada scene heesa-bacon ya? mereka unyuuuuuuh :3 si sera……nenek lampir berwajah boneka…… argh teuing ah teuing eta si sera jadi awewe ogoan pisan! eh eh eh si D.O kamana? teu muncul? KAI BERUBAH SIKAP KA HEESA? tah tah tah jaba pas si kkamjong ngomong “Aku mencintaimu, Heesa” aku jadi ngefly gituuuu euyss lol ETA DICIUM KU SI KAI MENI GANAS KITU MENSDTXZ!!! tapi saya luhan-heesa shiper syududududu next chap asap yaaaaa, abi oge sami ketang nuju UKK TT__________TT FIGHTINGSSSSSSSSDXZT!!!

  4. Waaaa dicium Luhan sama Kai >-< Heesaaaa kamu beruntung sekalii xD

    Next chap yaaa,pgn tau lanjutannya segera xD

  5. Huwaaaa.. Keren thor.. Ini semakin membuat penasaran.. Aaaa adegan kissing sama luhan sweet sekali *luhan aku minta cium* #eh

  6. DEBAKKKK THORRR,, akhirnyaaaa muncul juga :*

    pulchritude nya ditunggu thorr yaaaaaa. i’m dying nunggu chanyeol <3 <3

    semangat uasnya ^^~

  7. Kyaaaaa seru bangeeeet! Kenapa lama banget sih author? Aku setiap hari mampir kesini tau cuman mau ngecek udah publish apa belum kekeke
    Heesa kenapa enak banget sih dicium sm Luhan dan Kai begitu? Aaah mau-__- wkwk
    Bagus banget, aku suka banget. Apalagi castnya orang2 yang aku suka jadi makin semangat bacanya.
    Next chap, jangan lama2 plis ya aku tunggu banget loh:D
    Gomawo:D

  8. Kyaaaaa bagus bangeeeet! Ya! Kenapa Heesa bisa dicium sama namja-namja tampan seperti mereka, huh? Iri nih iri-_- *plak
    Kenapa updatenya lama banget sih? Tau gak sih aku kesini setiap hari cuman buat liat authornya udah publish FF ini apa belum kekeke~
    Bagus banget ceritanya, apalagi castnya yang aku suka jadi semangat bacanya:D
    Next chap jangan lama-lama yaaaa aku menunggu banget nih hehe
    Gomawo:D

  9. Chapter 8 Pleaseeee, Kaiiiiii saranghaeee, tapi kamu kok telat sih ngungkapinnya, aku jadi bingung nih lol

  10. woaaaah , udah mulai hott nih . jdi smkin penasaran aja kai lebih milih sera atau hessa yah ? trs hessa jadinya sama siapa ? mending sama luhan aja lah :D

  11. qwertyuiopasdfghjklzxcvbnm hhhhhhhhhiiiiiiyyyyyyyyyaaaaaaaaahhhhhhhhhhh
    envy puol ama heesa
    dicium 2 namja sekaligus dlm sehari
    hot lagi
    #mupeng
    untuk selanjutnya banyakin kisseunya ya #plllllllaaaakkkkkk
    hwaiting chingu !!!

  12. Kai! Kubunuh kau -___- luhan-aaa.. Yang tabah.. Sepertinya kamu yang akan terbuang :”) *peluk kai*

  13. Kai! Kubunuh kau -___- luhan-aaa.. Yang tabah.. Sepertinya kamu yang akan terbuang :”) *peluk luhan*

  14. Keren eoon ..
    Heesa hebat dlm 1 hari bsa dicium sma 2 namja .. Aaaaaaaa !!

    Eon HWAITING yah ..
    Smoga sukseess Ujian’a .. ^^

  15. Keren thor! Heesa udh siang sm luhan, malam sm kai lg kyaaa! Lanjutanny yg cpt thor. Gak sabar nih kelanjutanny.. :D ahh, ayo banyakin lagi scene luhan heesa yaa :D
    author cantik fighting ya! ^^” hidup LuhanHeesa!

  16. Too much kissing scene here :o kkkk~ penasaran sama next part nya di satu sisi kai suka sera sama heesa tapi heesa juga :s aahhhhh lanjut thor lanjut jgn lama” :3

  17. kissing scenenya mantep! jadi ngebayangin kalo aku dicium kayak gitu. part luhan diganti lay, part kai diganti chanyeol *chanyeolay bias aku* #nggakpenting-_-
    aku suka chapter ini hahahaha. next chap ya thor;;)

  18. huaaaaa deg-degan baca chapter ini, sumpah feelnya dapet banget thor..
    kai luhan!! dasar 2 namja ini bikin orang jantungan!!-_-
    author updatenya jgn lama2 ya, jgn buat saya lama penasarannya T^T
    author hwaiting!!^^

  19. HAHA sekarang sera mulai diabaikan. Luhan hot banget kisseu-nya. #plak

    kai masih bingung sama perasaannya, tapi malah mau aja dicium sera. -_-”

    Thor, next part jangan lama yaa… kan ujiannya udah selesai. *hehe* #pletak

  20. thorrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
    are u there????????????????????
    kpan part selanjutnya????????????
    uda ga suabhaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

  21. GO LUHAN! GO LUHAN!! DISINI AKU TIM POM2 BUAT LUHAN!

    Errr…asli lah pikiran langsung berantakan di scene akhir. Kai ngaku cinta sama Heesa. Adududuh… Heesa seneng dong. Lah terus Luhan gmn. Plis Kai, jangan mempermainkan Heesa dan Sera.

    Disini Chaeri ga terlalu ngeksis ya. Oke, itu bagus.

    Scene Luhan-Heesa dan Kai-Heesa bikin deg2an parah. Fiuh~

    Next chap ditunggu! ;)

  22. jongin plisssssss… aku mau heera tuh ama luhan.. kasian luhaaaann:'(. aku mau luhan bahagia. kasian juga sera nanti tersakiti…:'(. plisssssssss
    #kebawaalur:D mian thor.. bc nxt chp:)

Leave a reply to SehunNa... Cancel reply